Gempa Cianjur: Korban Mencapai 162 Orang meninggal
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menyatakan setidaknya 162 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka akibat gempa bumi berkekuatan 5,6 di Cianjur, pada Senin (21/11/2022).
Hal itu disampaikan Ridwan Kamil di akun Twitternya pada Selasa (22/11) pagi.
Ia mengatakan, informasi korban diterima call center BPBD Cianjur pada Senin malam pukul 21.00 WIB.
Ridwan Kamil mengatakan, 2.345 rumah rusak parah dan sekitar 13.400 warga dievakuasi.
Tercatat 88 kali gempa atau gempa susulan, sehingga “atmosfer masih rentan,” kata Ridwan.
Hingga pukul 01.00 WIB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) belum merilis informasi apapun untuk mendukung pernyataan Ridwan Kamil.
|Baca Juga: Infeksi Jamur ‘Disease X’ Bisa Jadi Next Pandemi
Salah seorang warga Kelurahan Bojongherang mengaku masih kaget dan khawatir akan kemungkinan gempa susulan.
Salah seorang warga, Eneng Rosidah,(58), sedang menelepon keluarganya saat gempa 5,6 SR melanda.
“Ketika lagi ngobrol gitu, ‘masya Allah ini apa?’ Terkejut ada jatuh dari dinding. Jatuh di belakang furnitur, astaghfirullah. Tetap (lindungi) di bawah meja, takut ada sesuatu yang jatuh dari atas. Saya ingin berhenti, saya takut jatuh di kepala saya. Saya takut sampai dua jam karena saya sudah tua, sudah lemah,” kata Eneng.
Eneng mengatakan, Di Bojongherang tidak ada korban jiwa. Namun, rumah beberapa warga rusak ringan maupun berat akibat gempa tersebut. Rumah Eneng adalah satu-satunya yang rusak ringan.
Sesaat setelah gempa terjadi, listrik padam hingga malam hari. Setelah itu, air juga mati.
Warga kini harus melewati malam pertama setelah gempa dalam kegelapan total.
Selain itu, kata Eneng, banyak warga yang memilih tidur di luar rumah karena khawatir dengan gempa susulan.
“Orang-orang di depan rumah, di luar, sudah berlindung, takut ada gempa susulan, makanya.. yah, orang-orang takut.”
Sekitar pukul 7 malam WIB pada Senin malam (21/11), BMKG mencatat 62 gempa susulan, meski intensitas gempa susulan menurun.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan jumlah korban tewas diperkirakan akan bertambah.
Hingga Senin sore, jumlah korban tewas adalah 56 orang.
“Karena masih banyak warga yang terjebak di lokasi kejadian, kami perkirakan jumlah korban meninggal dan luka-luka akan bertambah seiring berjalannya waktu,” kata Ridwan saat berkunjung ke Cianjur, Kompas TV melaporkan.
|Baca Juga: Komisi Yudisial – Arti, Sejarah, Tugas dan Wewenang, Serta Struktur Organisasi
Ridwan menggambarkan situasi di lokasi “masih kacau” dengan warga “masih ketakutan” sehingga sebagian besar layanan darurat disediakan di luar.
“Kepala dijahit, kaki dijahit di lapangan. Aktivitas menjadi normal, ada yang stres, menangis, ada yang kepalanya dijahit dan sebagainya,” jelas Ridwan.
Pantauan di lapangan yang dikutip Detik.com menunjukkan korban gempa belum tiba di RS Cianjur. Unit Gawat Darurat (IGD) dikatakan penuh dengan pasien.
Dikatakan bahwa orang sakit harus dirawat di halaman rumah sakit.
“Rata-rata korban mengalami luka dari kepala ke tangan. Beberapa korban adalah anak-anak,” tulis laporan yang dikutip Detik.com, Senin (21/11).
Sambungan listrik dan komunikasi juga terputus di beberapa titik alarm, meski titik perawatan mulai menyala.
Beberapa ruas jalan juga ditutup akibat tanah longsor dan pohon tumbang, salah satunya penghubung Kota Cianjur dengan Puncak.
Ridwan Kamil juga mengatakan meminta TNI-Polri memberikan informasi dampak gempa di banyak daerah “terpencil” Cianjur.
Juru Bicara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Endra Atmawidjaja mengatakan, pekerja dan alat berat dikerahkan untuk membersihkan jalan masuk.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, korban tewas dilaporkan di tiga kecamatan, yakni Cilaku, Cianjur, dan Cugenang.
Sejumlah bangunan juga rusak, mulai dari rumah, pondok pesantren, gedung pemerintahan dan sekolah hingga RS Cianjur.
BNPB mengumumkan akan segera mengaktifkan posisi penanggulangan bencana dan membawa logistik untuk para pengungsi.
“Kalau dilihat kerusakannya cukup utuh, berdasarkan pengalaman gempa-gempa sebelumnya, bisa kita asumsikan cukup banyak masyarakat yang harus mengungsi, maka kita siapkan logistik yang diperlukan, tenda dan aktifkan posko, dorong anggaran untuk peralatan yang layak pakai,” jelas Suharyanto.
|Baca Juga: KPAI: Tugas, Wewenang dan Struktur Organisasi
Gempa bermagnitudo 5,6 terjadi pada Senin (21/11) pukul 13.21 WIB.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada di kedalaman 11 kilometer di Sukalarang, Sukabumi, Jawa Barat.
Menurut BMKG, gempa tersebut merupakan jenis gempa dangkal yang diakibatkan oleh aktivitas sesar Cimandir.
Menurut BMKG, sifat gempa dangkal inilah yang membuat goncangan ini begitu merusak.
Getaran seismik dirasakan di Cianjur, Garut, Sukabumi, Bandung dan Jakarta.
Sampai pukul 3 sore, BMKG mencatat telah terjadi 15 kali gempa susulan.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga mewanti-wanti adanya ancaman sekunder tanah longsor akibat gempa di tengah musim hujan.
“Selain itu, kami mengimbau agar berhati-hati saat hujan, jangan berada di dekat lereng dan menghindari bantaran sungai yang dikhawatirkan terjadi banjir bandang,” kata Dwikorita.