Sejarah Nasi Tumpeng Makanan Khas Indonesia
Makanan tumpeng sudah menjadi budaya tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Hidangan nasi tumpeng disajikan dengan cara dan teknik yang unik, dengan meletakkan nasi berbentuk kerucut dibagian tengah, kemudian dikelilingi lauk-pauk dan sayuran.
Untuk membuat tumpeng umumnya menggunakan berupa nasi kuning yang dilengkapi dengan tempe orek, telur balado, ayam goreng, lalapan, dan masih banyak lagi sesuai selera. Ternyata tersimpan filosofi dan sejarah yang punya makna mendalam di dalam tumpeng.
Baca Juga:
Sejarah Nasi Goreng, Menu Sarapan atau Makan Malam
Memahami Sejarah Tumpeng
Berdasarkan beberapa sumber menyebutkan bahwa tumpeng pada awalnya merupakan tradisi untuk memuliakan gunung-gunung yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya para Hyang atau arwah leluhur. Saat penyebaran agama Hindu mulai masif di Pulau Jawa, bentuk tumpeng dibuat mengerucut seperti Gunung Mahameru yang dianggap sebagai tempat suci bersemayamnya para dewi-dewi.
Namun, setelah agama Islam masuk ke Pulau Jawa, makna pembuatan tumpeng pun bergeser, yakni yang pada awalnya dibuat untuk memuliakan gunung, lalu berubah menjadi wujud syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tumpeng sendiri umumnya disajikan selepas pengajian Al-Qur’an lalu dibagikan dan dimakan bersama-sama.
Memahami Filosofi Tumpeng
Secara umum, filosofi tumpeng lekat kaitannya dengan perwujudan nilai toleransi, keikhlasan, kebesaran jiwa, dan kekaguman atas kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Jika diperhatikan, bentuk tumpeng yang mengerucut dan dikelilingi lauk-pauk serta sayuran menggambarkan simbol ekosistem kehidupan.
Tidak ketinggalan juga dengan filosofi lauk pauk yang ada didalam sajian tumpeng seperti, ikan asin yang menggambarkan kebiasaan gotong royong. Telur rebus yang bermakna kebulatan tekad serta daging ayam yang menjadi simbol patuh terhadap Sang Pencipta.
Ikuti: