Sejarah Roti Buaya Khas Adat Masyarakat Betawi
Kenapa masyarakat Betawi justru menjadikan roti buaya sebagai simbol pernikahan? Mendengar kata ‘buaya’ mungkin ada yang berpikir, terutama perempuan, tentang konotasi negatif yakni buaya darat pada laki-laki karena perilaku tidak setia.
Bahkan sering kita mendengar berita ada manusia jadi mangsa buaya. Tapi bagaimana kalau seekor buaya muncul di acara pernikahan terutama dalam budaya Betawi? Ya, buaya tersebut hadir dalam wujud roti.
Mengenal Sejarah Roti Buaya Asal Betawi
Masyarakat Betawi kala itu menginginkan sebuah simbol baru untuk menunjukkan perasaan pada lawan jenis. Maka dipilihlah roti dengan bentuk buaya ini karena sifatnya yang setia pada satu pasangan.
Baca Juga:
Makanan Indonesia Hasil Akulturasi Dari Penjajahan Belanda
Kenapa disebut roti buaya ? Buaya merupakan hewan yang unik. Pada saat musim kawin tiba, selalu memilih pasangan yang sama. Dari sinilah masyarakat Betawi percaya hal tersebut secara turun menurun.
Biasanya dalam roti buaya betina juga ditambah dengan roti buaya kecil terletak di atas punggung atau di sampingnya yang bermakna kesetiaan hingga ke anak cucu.
Roti buaya ini biasanya dibawa oleh calon pengantin pria, yang akan meminang calon istri. Salah satu alasan penggunaan buaya dalam roti buaya yang digunakan dalam seserahan pernikahan adalah agar pasangan tersebut dapat hidup dengan selamat layaknya buaya yang dapat selamat hidup di darat dan di air.