Mengapa Idul Fitri Identik dengan Ketupat? Ini penjelasannya
Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia dengan ratusan suku bangsa, memiliki tradisi perayaan Idul Fitri yang sangat beragam.
Perayaan Idul Fitri di Indonesia identik dengan makan ketupat dan ketupat nampaknya menjadi ciri khas perayaan Idul Fitri. Tapi tahukah Anda dari mana sebenarnya Ketupat berasal? Siapa yang pertama kali menemukan dan mempopulerkan Ketupat? Seperti halnya tradisi lain di Indonesia yang jelas memiliki latar belakang sejarah, apakah tradisi tersebut seringkali memiliki makna filosofis?
Tradisi Ketupat ini diyakini bermula saat Islam masuk ke tanah Jawa. Dalam sejarah, Sunan Kalijaga adalah orang yang pertama kali mengenalkannya pada masyarakat Jawa.
Beliau membudayakan dua kali Bakda yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai satu minggu setelah Idul Fitri. Pada hari yang disebut Bakda Kupat di Jawa saat itu, hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda.
Baca Juga :
5 Jenis Kue Kering Lebaran yang Populer dan Wajib Dicoba
Setelah matang, ketupat diberikan kepada kerabat yang lebih tua dan menjadi simbol kebersamaan. Ketupat sendiri menurut para ahli memiliki beberapa arti, diantaranya adalah mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia, dilihat dari rumitnya anyaman bungkus ketupat.
Kedua, mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampun atas segala kesalahan, dapat dikenali dari warna putih ketupat saat dipotong menjadi dua. Yang ketiga mencerminkan kesempurnaan yang terlihat dari bentuk ketupat.
Semua ini terkait dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan berpuasa dan akhirnya merayakannya. Rupa (jenis-jenis) Ketupat Indonesia Ketupat atau Kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara yang dibuat dari beras. Beras ini dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa dan dikukus sehingga matang.
Ketupat berasal dari kata kupat dan memiliki arti ganda yakni ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan). Empat tindakan yang dimaksudkan antara lain: luberan (melimpahi), leburan (melebur dosa), lebaran (pintu ampunan terbuka lebar) dan laburan (menyucikan diri).
Selanjutnya isian beras pada ketupat dilambangkan sebagai hawa nafsu. Daun kelapa muda atau janur merupakan singkatan dari jatining nur atau cahaya sejati (hati nurani). Jika digabungkan, ketupat memiliki arti manusia yang menahan nafsu dengan mengikuti hati nurani.
Meski ketupat identik dengan tradisi lebaran, ternyata ketupat sudah digunakan sebagai upacara adat sejak zaman kerajaan Majapahit dan Pajajaran. Ketupat juga digunakan sebagai upacara syukur pada tradisi Sekaten maupun Grebeg Maulud.
Ketupat paling sering ditemui selama Idul Fitri ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa. Ketupat juga sering disajikan dengan sate. Bila dihidangkan dengan tahu dan gulai menjadi kupat tahu. Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai di Malaysia, Singapura dan sebagainya. Di antara beberapa kalangan di Jawa, ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat.
Itulah referensi singkat mengapa Idul Fitri identik dengan ketupat yang memiliki sejarah panjang. Semoga informasi di atas dapat memperkaya wawasan Anda tentang asal muasal ketupat dalam tradisi lebaran di Indonesia.
Ikuti :