Asal-usul Mudik, Tradisi Wajib Jelang Lebaran
Menjelang Idul Fitri, umat Islam akan berbondong-bondong mudik ke kampung halamannya. Dimana mudik sendiri sudah menjadi salah satu tradisi yang dilakukan oleh umat Islam pada setiap hari raya Idul Fitri atau Lebaran.
Setelah kembali ke kampung halamannya, orang yang berangkat biasanya ingin mempererat tali silaturahmi dengan keluarga, tetangga, dan rekan bisnis, serta berziarah ke makam keluarga atau kerabat yang telah meninggal sebelumnya.
Menurut KBBI, mudik sendiri dapat disinonimkan dengan istilah berlayar, pergi, dan pulang ke kampung halaman. Secara umum, mudik merupakan kegiatan umat muslim ‘pulang’ untuk merayakan momen Idulfitri di tanah kelahirannya.
Baca Juga :
5 Makanan Enak yang Selalu Wajib Ada Saat Lebaran
Dirangkum dari berbagai sumber, istilah mudik berasal dari kata udik yang diambil dari bahasa Melayu, yang artinya hulu atau ujung. Namun, sumber lain juga menyebutkan, bahwa mudik berasal dari bahasa Jawa yang merupakan singkatan dari mulih dilik.
Kedua kata tersebut kalau diterjemahkan berarti pulang sebentar. Istilah mudik juga dihubungkan dengan kata ‘udik’ yang berarti kampung, dusun, atau desa. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa mudik berasal dari bahasa Betawi yang artinya ‘menuju udik’ atau menuju kampung.
Tradisi pulang kampung di hari raya Idul Fitri yang masih berlangsung hingga saat ini menjelang Idul Fitri setiap tahunnya, konon sudah terjadi sejak awal pemerintahan Kerajaan Majapahit yang wilayahnya terbentang melintasi sebagian benua Asia yang terbentang dari wilayah Sri Lanka hingga Semenanjung Malaya.
Fenomena yang dimaknai sebagai asal muasal mudik ini, terjadi ketika raja dari Kerajaan Majapahit memutuskan mengirim para pejabatnya untuk berjaga di wilayah kekuasaannya masing-masing, dan sewaktu-waktu akan dipanggil kembali menghadap raja di pusat kerajaan untuk memberikan laporan terkait wilayah kekuasaannya dan mengunjungi kampung halamannya.
Versi lain menyebutkan bahwa mudik berawal dari masa pemerintahan kerajaan Mataram Islam, ketika para pejabat kerajaan Mataram Islam diutus untuk menjaga wilayahnya, setiap bulan Syawal akan kembali ke pusat pemerintahan untuk menghadap raja dan juga mengunjungi kampung halaman asalnya.
Fenomena mudik lebaran di Indonesia baru menjadi tren pada tahun 1970-an, ketika para imigran kembali ke tanah air untuk berkumpul kembali dengan keluarga mereka untuk meminta restu terkait kelancaran hidup dan kariernya yang sebagian besar dihabiskan di perantauan.
Mudik lebaran pada saat ini sudah mengalami perubahan tujuan. Mudik yang awalnya hanya sekedar berkumpul dengan orang tersayang dan memohon restu untuk kesuksesan karir, kini telah berkembang menjadi sebuah ajang dimana Anda bisa menunjukkan eksistensi dan pencapaian-pencapaian yang telah dicapai selama ini.
Ikuti :