Ideal Jarak Kehamilan yang Baik dan Buruk dalam Dunia Kesehatan
source: pexels.com/Pixabay
Mengatur jarak kehamilan yang ideal penting untuk perencanaan keluarga sekaligus menjaga kesehatan ibu dan calon buah hati.
Mengetahui perencanaan kapan waktu yang tepat untuk memiliki anak adalah salah satu cara untuk mempersiapkan diri membangun rumah-tangga yang ideal. Jarak kehamilan ideal adalah informasi berharga untuk menentukan kapan menambah anak lagi.
Untuk itu, penting bagi para orangtua untuk mengetahui berapa lama jarak kehamilan yang baik menurut pertimbangan kesehatan.
Simak penjelasan lamanya jarak kehamilan ideal, risiko jarak kehamilan terlalu dekat atau jauh, serta cara menjaga jarak kehamilan berikut ini.
Berapa lama jarak kehamilan yang baik?
Ada beberapa versi jarak kehamilan yang ideal, namun secara umum prinsipnya tidak terlalu dekat atau jauh dari waktu melahirkan sebelumnya.
Jarak kehamilan yang ideal sebenarnya adalah 5 tahun. Durasi tersebut dianggap waktu yang baik untuk semua anggota keluarga dalam menerima kehadiran anggota baru. Sebenarnya jarak 18 bulan masih tergolong aman, namun bukan berarti tanpa risiko.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, jarak kehamilan yang baik idealnya antara 18 bulan sampai 24 bulan dari persalinan sebelumnya.
Di Indonesia, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menyarankan jarak kehamilan yang baik idealnya tiga tahun dari persalinan sebelumnya.
Mengatur jarak kehamilan penting untuk mencegah stunting, mengoptimalkan tumbuh kembang anak, serta memberikan kesempatan pemulihan untuk fisik dan mental ibu dari persalinan sebelumnya.
Namun, lamanya jarak ideal tersebut tidak berlaku untuk ibu yang berencana hamil lagi setelah usianya 35 tahun.
Dikutip dari BBC, studi membuktikan bahwa ibu di atas 35 tahun yang ingin hamil lagi tak perlu menunggu 1,5 tahun untuk hamil lagi.
Jarak kehamilan yang baik untuk ibu di atas 35 tahun bisa dipersingkat menjadi minimal setahun dari kelahiran sebelumnya. Tujuannya, untuk meminimalkan risiko kehamilan di atas 35 tahun.
Sementara bagi ibu yang pernah mengalami keguguran, jarak kehamilan yang ideal tergantung keputusan pasangan. Pastikan untuk memertimbangkan kesiapan fisik dan mental sebelum berencana program hamil lagi.
Baca Juga : Perbedaan dan Fakta Tentang Fungsi Otak Kanan dan Kiri
Risiko jarak kehamilan terlalu dekat
Terlepas dari beberapa versi jarak kehamilan yang baik, ada sejumlah risiko jarak kehamilan terlalu dekat yang perlu diwaspadai.
Dilansir dari MayoClinic, jarak kehamilan kurang dari enam bulan dari persalinan sebelumnya bisa meningkatkan risiko:
- Bayi lahir prematur
- Bayi lahir dengan berat badan rendah
- Bayi lahir dengan kelainan bawaan
- Bayi lahir dengan autisme
- Komplikasi persalinan solusio plasenta atau sebagian plasenta terlepas dari dinding dalam rahim sebelum melahirkan
- Masalah kesehatan mental skizofrenia
- Anemia pada ibu hamil
Perlu dipertimbangkan sebelum perencanaan keluarga, jarak kehamilan terlalu dekat membuat ibu belum pulih dari kehamilan dan persalinan sebelumnya.
Misalkan, selang enam bulan biasanya ibu masih menyusui sehingga cadangan nutrisinya sebagian besar tercurahkan untuk ASI. Apabila ibu hamil dalam periode ini, ibu dan janin di dalam kandungan bisa kekurangan nutrisi.
Risiko jarak kehamilan terlalu jauh
Jika risiko jarak kehamilan terlalu dekat bisa berbahaya untuk ibu hamil dan bayi yang akan dilahirkan, jarak kehamilan terlalu jauh lebih dari lima tahun juga ada risikonya. Berikut beberapa di antaranya:
Preeklamsia pada ibu hamil yang sebelumnya belum pernah mengalami komplikasi kehamilan ini . Kapasitas rahim untuk menunjang tumbuh kembang janin di dalam kandungan mulai menurun
Selain risiko yang sudah dijabarkan di atas, pertimbangkan juga faktor usia ibu hamil di atas 35 tahun ketika jarak kehamilan terlalu jauh dari persalinan sebelumnya.
Untuk meminimalkan risiko jarak kehamilan terlalu dekat atau jauh, ibu sehat tanpa masalah kesehatan tertentu sebaiknya mempertimbangkan jarak kehamilan yang baik dan aman antara 18 bulan atau kurang dari lima tahun, asalkan usia ibu masih di bawah 35 tahun.
Bila perlu atau ada kondisi tertentu, ibu jangan sungkan mengonsultasikan ke dokter kandungan yang biasanya menangani. Cara menjaga jarak kehamilan bisa dengan program KB; baik dengan kondom, pil, KB suntik, implan, atau alat kontrasepsi dalam rahim.
Baca Juga : Wajib Imunisasi, Kenali Manfaat Bagi Bayi
Berapa lama sebaiknya baru boleh hamil lagi?
Untuk menurunkan risiko yang terjadi saat kehamilan, kelahiran, maupun gangguan proses tumbuh kembang anak, maka anjuran jarak antar-kelahiran adalah minimal 24 bulan dan maksimal 5 tahun setelah kehamilan yang terakhir.
WHO menyatakan bahwa waktu yang paling ideal untuk jarak kehamilan yaitu 3 tahun. Dengan begitu, ibu dapat memberikan ASI eksklusif pada anak yang lahir sebelumnya dan menjamin kecukupan gizinya dengan pemberian ASI.
Selain itu, ibu juga dapat mempersiapkan tubuhnya kembali untuk terjadinya kehamilan, dengan status gizi yang baik, tidak kekurangan zat gizi apapun yang dapat mempengaruhi kehamilan.
Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk melakukan program keluarga berencana. Program keluarga berencana bukan hanya sekedar program pemerintah yang bertujuan untuk menekan pertumbuhan masyarakat yang ada di Indonesia, namun program ini juga sangat berpengaruh pada kesehatan ibu, anak, maupun keluarga.
Ikuti