Dari Medan Perang ke Istana: Perjalanan Militer Gatot Subroto
Dalam lanskap politik Indonesia yang penuh dinamika, figur Jenderal Gatot Subroto tampil sebagai sosok yang tidak hanya penting tapi juga kontroversial. Sebagai seorang perwira tinggi dalam militer Indonesia, Gatot dikenal luas tidak hanya karena kemampuan militernya, tetapi juga karena perannya yang vital sebagai pendukung setia Presiden Soekarno.
1. Sejarah
Sosok Gatot Soebroto sendiri mempunyai hubungan dekat dengan Panglima Besar Jenderal Soedirman. Soedirman menganggap Gatot sebagai kakak, walaupun pangkat Gatot lebih rendah. Setelah Perjanjian Roem-Royen ditandatangani. Pemerintah Republik Indonesia pun kembali ke Yogyakarta. Namun Jenderal Soedirman masih bergerilya memimpin anak buahnya ke Yogya, dan hanya Gatot Soebroto lah yang berhasil melemahkan pendirian Panglima Besar itu.
2. Masa Kecil Gatot Soebroto
Sejak kecil, Gatot Soebroto telah menunjukkan sifat-sifat seorang pemimpin. Lahir di Banyumas pada tanggal 10 Oktober 1907, Ia dikenal sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Kualitas kepemimpinannya tercermin dalam keberaniannya, ketegasannya, rasa tanggung jawab, dan keteguhannya dalam menolak tindakan sewenang-wenang.
Pengalaman pahitnya terjadi saat masih bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS), ketika Ia terlibat dalam pertengkaran dengan seorang anak Belanda yang akhirnya mengakibatkannya diusir dari sekolah tersebut.
3. Riwayat Pendidikan Militer
Gatot Soebroto meninggalkan pekerjaannya dan masuk sekolah militer di Magelang pada tahun 1923. Setelah menyelesaikan pendidikan militernya, Gatot Subroto menjadi anggota KNIL (Tentara Hindia Belanda) hingga berakhirnya pendudukan Belanda di Indonesia. Selama perjalanan kariernya, Gatot Soebroto aktif dalam tiga periode penting.
Dia menjadi anggota Tentara Hindia Belanda (KNIL) selama masa pendudukan Belanda, bergabung dengan Pembela Tanah Air (Peta) selama masa pendudukan Jepang, dan menjadi bagian dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah kemerdekaan Indonesia. Selain itu, Ia juga memainkan peran kunci dalam mendirikan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI).
4. Karier Militer
Setelah menyelesaikan pendidikan militernya, Gatot Soebroto bergabung dengan KNIL (Tentara Hindia Belanda) hingga berakhirnya masa kekuasaan Belanda di Indonesia. Saat Perang Dunia II mencapai puncaknya, Jepang berhasil menaklukkan Belanda. Selama masa pendudukan Jepang, Gatot Soebroto mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air atau Peta di Bogor.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Peta, ia diangkat sebagai komandan kompi di Sempiuh, Banyumas, dan kemudian naik pangkat menjadi komandan batalyon. Meskipun tergabung dalam KNIL dan Peta, Gatot Soebroto tetap mempertahankan kesetiaannya kepada rakyat kecil karena cinta akan tanah airnya.
Baca Juga :
7 Adat Pernikahan Termahal di Indonesia
5. Wafatnya Jenderal Gatot Soebroto
Gatot Soebroto meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 11 Juni 1962, ketika usianya baru 55 tahun. Beliau menghembuskan napas terakhir akibat serangan jantung. Jenazahnya dikebumikan di desa Sidomulyo, kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya yang besar bagi negara, seminggu setelah wafatnya, Jenderal Gatot Soebroto diakui sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Pengakuan ini diresmikan melalui Surat Keputusan Presiden RI No. 222 Tahun 1962 yang dikeluarkan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 18 Juni 1962.
Gatot Subroto, dengan latar belakang sebagai pejuang kemerdekaan dan arsitek strategi militer, telah menciptakan dampak yang tidak hanya bertahan selama era kepemimpinannya tetapi juga membentuk kontur sejarah politik Indonesia. Kisahnya adalah cerminan dari kompleksitas hubungan antara militer dan politik di Indonesia, sebuah saga yang melibatkan kekuasaan, loyalitas, dan ideologi.
Ikuti