Ringkasan Kilat:
• SUCI Season 3 dikenal sebagai “angkatan emas” karena melahirkan komika-komika besar seperti Babe Cabita, Fico Fachriza, dan Arie Kriting yang kini sukses di dunia hiburan.
• Keberagaman budaya dan karakter peserta menjadi kekuatan utama musim ini, dari komika Madura, Batak, WNA, hingga polisi aktif — semua memberi warna unik dalam tiap penampilan.
• Meski ada yang tersingkir di awal, seperti Uus dan Mang Obed, banyak peserta justru bersinar setelah kompetisi, membuktikan bahwa SUCI 3 adalah batu loncatan berharga dalam dunia stand-up Indonesia.
Disclamer: This overview was created with AI support.
Musim pertama Stand Up Comedy Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) Season 3 menjadi salah satu musim paling bersejarah dalam kompetisi stand-up tanah air. Digelar pada tahun 2013 dan ditayangkan oleh Kompas TV, SUCI 3 mempertemukan para komika dari berbagai penjuru Indonesia dengan latar budaya, logat, dan karakter yang sangat beragam. Musim ini dikenal sebagai “angkatan emas” karena banyak pesertanya yang kemudian menjadi bintang besar di industri hiburan. Dari Babe Cabita hingga Arie Kriting, mereka membuktikan bahwa panggung stand-up adalah jalan pembuka menuju kesuksesan nasional.
Yang membuat SUCI 3 begitu berkesan adalah keberanian para komika dalam mengeksplorasi identitas lokal, isu sosial, hingga keresahan pribadi dengan gaya komedi yang jujur dan khas. Tidak hanya menampilkan yang lucu, SUCI 3 juga menghadirkan cerita-cerita manusiawi yang dikemas dalam tawa. Tiap peserta membawa sesuatu yang unik — dari gaya absurd, satire, “marah-marah,” hingga persona polos yang tidak dibuat-buat. Musim ini bukan hanya kompetisi, tapi sebuah etalase kekayaan karakter dan budaya Indonesia.
Babe Cabita

Komika asal Medan ini menjadi juara pertama SUCI Season 3 dengan gaya komedi yang santai, logat Medan yang kental, serta ekspresi wajah yang jenaka. Ciri khasnya adalah gaya bicara lambat namun memikat, disertai materi yang membumi dan mudah diterima semua kalangan. Babe tampil konsisten sejak awal hingga grand final dan berhasil merebut hati juri serta penonton dengan persona “pemalas polos” yang unik. Kemenangannya membuka jalan bagi komika daerah untuk percaya diri tampil dengan identitas lokal yang kuat.
Fico Fachriza

Adik kandung komika Ananta Rispo ini menjadi juara dua dengan gaya absurd nan polos yang membuat penonton tak pernah menebak arahnya. Fico membangun persona sebagai anak “terlembat tanggap” namun menyimpan kejutan dalam punchline-nya. Ia sering mengangkat tema keseharian dengan logika yang dibolak-balik, membuatnya tampil beda dan segar. Meski tidak menjadi juara utama, karakternya yang khas menjadikannya salah satu alumni paling ikonik dari SUCI.
Arie Kriting

Berangkat dari Wakatobi dan besar di Malang, Arie tampil penuh semangat membawa isu-isu Indonesia Timur ke panggung nasional. Ia menggunakan logat khas dan gaya bicara cepat untuk menyampaikan materi bernuansa sosial dengan penuh kecerdasan. Di SUCI 3, Arie menjadi simbol keberagaman yang diterima luas di dunia hiburan. Ia finis di posisi tiga besar dan membuka jalan bagi lebih banyak komika dari timur Indonesia untuk bersinar.
Alphi Sugoi

Baca Juga: 8 Aktor Pria Indonesia yang Sangat Terkenal di Dunia Perfilman Indonesia
Komika asal Jakarta ini dikenal dengan gaya bercerita yang penuh imajinasi dan “berandai-andai”. Materinya sering membawa penonton masuk ke skenario-skenario aneh yang dibumbui dengan kejutan cerdas di akhir kalimat. Alphi menjadi salah satu finalis dengan struktur materi kuat dan gaya penceritaan yang khas. Ia bertahan hingga posisi keempat dengan performa konsisten dan orisinalitas yang menonjol.
Bene Dion

Komika asal Tebing Tinggi, Sumatera Utara ini membawa warna khas Batak ke panggung SUCI. Gayanya yang terkesan “marah-marah” justru membuat penonton terpingkal-pingkal karena dibalut dengan materi keluarga dan budaya Batak. Dengan logat Batak yang kuat dan gestur teatrikal, Bene berhasil memukau juri hingga masuk lima besar. Kini, ia dikenal sebagai penulis dan sutradara film, membuktikan dirinya sebagai seniman serba bisa.
Tretan Muslim

Asal Madura, Tretan dikenal karena keberaniannya membahas budaya dan agama dengan cara satir yang cerdas. Ia membawakan komedi dengan gaya serius tapi menggelitik, sering mengecoh penonton dengan kalimat-kalimat kritis yang dibalut humor. Penampilannya membuatnya menonjol sebagai salah satu peserta paling intelektual dan berani di SUCI 3, sekaligus membuka jalannya menuju karier bersama Coki Pardede di Majelis Lucu Indonesia.
Gian Luigi

Komika berdarah Ambon-Batak-Tionghoa ini tampil dengan gaya yang unik, sering menertawakan kompleksitas identitas dan stereotip etnisnya sendiri. Gian membawa energi tinggi dan humor multi-kultur yang jarang terlihat sebelumnya. Ia menjadi simbol keberagaman dan pembawa pesan bahwa komedi bisa menjadi jembatan antara berbagai identitas.
Reno Fenady

Reno tampil dengan gaya santai dan logat Jawa kental. Ia sering membawakan materi seputar kehidupan sehari-hari dengan pendekatan yang tenang dan punchline yang pelan tapi mengena. Meski tidak banyak gimmick, kekuatan Reno ada pada ketenangan dan konsistensinya membangun narasi.
Alison “Bule Bandung” Victoria

Sebagai peserta WNA pertama di SUCI, Alison mencuri perhatian dengan logat bule yang mencoba menyesuaikan diri di tengah budaya lokal. Ia sering menyoroti budaya Indonesia dari sudut pandang orang asing, menjadikan materinya segar dan relate untuk penonton urban. Keberadaannya memperkaya warna SUCI 3 dan menunjukkan bahwa komedi tidak mengenal batas negara.
Ferry Ardilesmana

Ferry menjadi komika pertama berlatar belakang polisi aktif yang tampil di SUCI. Materinya kerap membahas kehidupan di kepolisian dengan cara yang ringan dan satir. Ia membuktikan bahwa profesi serius pun bisa tampil jenaka di atas panggung stand-up, memberi pesan kuat bahwa semua orang bisa menjadi lucu dengan pendekatan yang tepat.
Uus (Rizky Firdaus Wijaksana)

Komika asal Bandung ini menjadi salah satu peserta yang tereliminasi paling awal di SUCI 3, tepatnya di show pertama. Meski demikian, karier Uus justru melesat tajam setelah kompetisi. Dengan persona blak-blakan, gaya urakan, dan kemampuan berbicara yang kuat, ia bertransformasi menjadi presenter, aktor, dan konten kreator sukses. Gagal di SUCI tak menghentikannya untuk jadi salah satu figur paling dikenal di dunia hiburan tanah air.
Mang Obed (Pian Iswanto)

Komika asal Bandung ini dikenal sebagai “debt collector lucu” karena gaya bicara keras dan logat Sunda yang kental. Di panggung SUCI, ia membawakan materi dengan persona galak tapi ternyata jenaka. Sayangnya, ia harus tersingkir di show pertama. Meski langkahnya pendek, karakter kuat Mang Obed tetap dikenang oleh penonton sebagai salah satu komika dengan gaya unik.
Pulung Siswantara

Komika asal Jombang ini merupakan seorang dosen yang mencoba peruntungan di dunia stand-up. Ia membawakan materi yang bernuansa edukatif dengan gaya bercerita yang rapi dan tenang. Pulung tampil pada show pertama namun belum berhasil mencuri perhatian juri, sehingga harus mengakhiri perjalanannya lebih awal. Keberadaannya di SUCI membuktikan bahwa dunia akademik dan komedi bisa bersinggungan.
Melalui persaingan ketat, eliminasi dramatis, hingga tawa yang pecah di tiap panggung, SUCI 3 meninggalkan jejak yang panjang dalam perjalanan stand-up comedy di Indonesia. Para alumninya kini aktif di berbagai lini — film, televisi, konten digital, bahkan politik — menjadikan musim ini tidak sekadar ajang pencarian bakat, tapi sebuah titik balik bagi banyak talenta untuk bersinar secara nasional.
Jangan ketinggalan berita terkini dan konten menarik dari SerbaID!
Dukung Kami:
Belajar jadi mudah dan praktis!
Temukan eBook berkualitas di www.platihan.id dan upgrade kemampuanmu!
Belajar Mewarnai Jadi Lebih Kreatif
Mewarnai adalah salah satu cara belajar yang paling banyak diminati oleh anak-anak
Dengan gambar-gambar lucu dan menarik, ebook ini memberikan kesempatan bagi si kecil untuk berkreasi dan mengasah keterampilan motorik halus mereka
Siapkan krayon, Ajak si kecil Mewarnai!




