Ringkasan Kilat:
• Musim pertama SUCI menjadi awal berkembangnya komedi tunggal di Indonesia, dengan 13 finalis dari berbagai latar profesi dan daerah.
• Kompetisi ini menampilkan gaya humor beragam—dari observasional, musikal, hingga satir—yang membuka jalan bagi format stand-up modern di televisi.
• SUCI 1 melahirkan generasi pertama komika profesional Indonesia dan menjadi inspirasi terbentuknya komunitas stand-up di banyak kota.
Disclamer: This overview was created with AI support.
Musim pertama Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) yang tayang di Kompas TV pada tahun 2011 menjadi tonggak lahirnya era baru komedi tunggal di Indonesia. Kompetisi ini menghadirkan 13 komika hasil audisi dari lima kota besar, disiarkan secara nasional dengan dukungan juri ternama: Indro Warkop, Butet Kertaradjasa, dan Astrid Tiar. Acara ini dipandu oleh Pandji Pragiwaksono dan Raditya Dika yang juga menjadi ikon gelombang awal stand-up di tanah air.
Musim perdana ini tidak hanya melahirkan juara pertama, tetapi juga memperkenalkan beragam latar belakang peserta—dari penyiar radio, dokter, tentara, hingga seniman daerah. Tiap peserta menghadirkan warna khas yang menandai fase awal perkembangan dunia komedi tunggal Indonesia.
Ryan Adriandhy – Juara 1

Ryan Adriandhy, lahir 15 Juni 1990 di Jakarta, adalah komika termuda di musim pertama SUCI. Dengan gaya observasional dan penyampaian jenaka yang cerdas, ia berhasil mencuri perhatian sejak babak awal hingga grand final.
Di babak puncak, Ryan mengungguli pesaing terkuatnya dan menjadi juara pertama SUCI 1—sekaligus juara termuda sepanjang sejarah kompetisi ini pada usia 21 tahun. Kemenangannya menandai lahirnya generasi baru komika muda Indonesia yang mampu bersaing lewat kecerdasan ide dan delivery yang segar.
Insan Nur Akbar – Runner-Up

Insan Nur Akbar, dikenal juga dengan nama panggung Akbar Kobar, lahir 26 Juni 1977 dan berasal dari Sidoarjo, Jawa Timur. Ia lolos melalui audisi Surabaya dan tampil konsisten sepanjang kompetisi.
Penampilannya yang tenang namun kuat secara materi membawanya ke grand final bersama Ryan. Meskipun berakhir di posisi kedua, Akbar dikenal sebagai komika berpengalaman yang memperlihatkan kedewasaan berpikir dalam komedinya.
Ernest Prakasa – Peringkat 3

Ernest Prakasa, lahir 29 Januari 1982 di Jakarta, berhasil menembus grand final SUCI 1 dan finis di peringkat ketiga. Gaya khasnya yang membahas identitas etnis Tionghoa dan isu sosial menjadikannya salah satu finalis paling berkarakter.
Kesuksesan di SUCI 1 menjadi titik awal karier panjang Ernest di dunia hiburan. Ia kemudian berkembang menjadi penulis, sutradara, dan produser film yang tetap membawa semangat stand-up comedy dalam karyanya.
Wisben Antoro – Peringkat 4

Baca Juga: 8 Aktor Pria Indonesia yang Sangat Terkenal di Dunia Perfilman Indonesia
Wisben Antoro dari Yogyakarta dikenal sebagai komika yang memadukan unsur sulap dalam penampilannya. Dengan ciri khas eksperimental dan interaktif, Wisben membawa konsep segar ke panggung SUCI 1.
Ia bertahan hingga babak semifinal (4 besar), sebelum akhirnya tereliminasi. Keberaniannya menggabungkan hiburan visual dan verbal menjadikannya salah satu figur paling unik di musim perdana ini.
Mo Sidik – Peringkat 5

Mohamad Ali Sidik Zamzami, atau lebih dikenal sebagai Mo Sidik, adalah penyiar radio asal Bandung yang tampil lugas dengan humor keseharian. Gaya spontan dan percaya diri membuatnya bertahan hingga posisi 5 besar.
Setelah SUCI, Mo Sidik aktif sebagai mentor dan pembawa acara di berbagai ajang komedi, menegaskan perannya sebagai salah satu figur penting dalam perkembangan stand-up di Indonesia.
Daned Kumara Gustama – Peringkat 6

Daned Kumara Gustama lahir di Jakarta namun lolos audisi di Surabaya. Penampilannya sempat kaku di awal, namun mengalami peningkatan signifikan dari minggu ke minggu.
Ia bertahan hingga babak 6 besar sebelum close mic. Setelah SUCI, Daned tetap berkiprah di dunia komedi, termasuk mendirikan kanal Komtung TV yang menjadi wadah bagi komika muda.
Asep Suaji – Peringkat 7

Asep Suaji dari Bogor dikenal dengan gaya culun dan ekspresi polosnya yang natural. Ia lolos audisi Jakarta dan bertahan hingga pertengahan kompetisi.
Meski langkahnya terhenti di sekitar babak 7 besar, Asep justru mendapat banyak tawaran bermain film dan menjadi presenter TV setelah SUCI. Kepribadian komedinya yang sederhana menjadi daya tarik tersendiri di layar kaca.
Daslan “Cukup” – Peringkat 8

Sersan Kepala Daslan, atau Daslan “Cukup”, adalah prajurit Marinir asal Surabaya dan peserta tertua di SUCI 1 (berusia sekitar 50 tahun). Ia dikenal dengan gaya one-liner dan materi tentang kehidupan militer.
Mampu menembus babak 8 besar, Daslan menjadi simbol keberanian menembus batas profesi dalam dunia hiburan dan tercatat sebagai finalis tertua sepanjang sejarah SUCI.
Dwiyanto “Gareng” Rakasiwi – Peringkat 9

Alm Gareng Rakasiwi, seniman asal Yogyakarta yang tergabung dalam trio Guyonan Ala Mataram (GAM), telah meninggal dunia pada tahun 2018, dan kita doakan kebaikan untuk beliau yang membawa konsep komedi musikal ke panggung SUCI. Ia sering menggunakan alat musik untuk memperkuat punchline.
Gareng tereliminasi pada babak awal (sekitar 9 besar), tetapi kontribusinya diakui sebagai upaya awal memperkenalkan bentuk stand-up performance yang berakar dari tradisi lokal.
Zulfan Firdaus Hasan (Ifan Hasan) – Peringkat 10

Ifan Hasan, penyiar radio asal Balikpapan, tampil dengan gaya monolog ringan khas penyiar. Ia bertahan hingga babak 10 besar sebelum akhirnya close mic.
Meski tersingkir di tengah kompetisi, Ifan tetap aktif di dunia siaran dan panggung komedi lokal, mempertahankan karier sebagai entertainer profesional.
Budi Kusumah – Peringkat 11

Budi Kusumah atau Budi CCS, penyiar radio asal Bandung, dikenal karena gaya jenakanya yang ceria dan natural. Ia hanya tampil dua kali sebelum tereliminasi di babak awal (sekitar 11 besar).
Walau singkat, partisipasinya tetap berpengaruh karena membuka pintu bagi banyak penyiar untuk menekuni stand-up comedy sebagai ekspresi publik.
Sakdiyah Ma’ruf – Mengundurkan Diri

Sakdiyah Ma’ruf, komika berhijab asal Pekalongan, adalah satu-satunya peserta perempuan di musim pertama. Ia tampil pada Show 1 namun mengundurkan diri di Show 2 karena alasan keluarga.
Meski mundur lebih awal, perannya monumental karena menjadi simbol kehadiran perempuan dalam dunia stand-up yang kala itu didominasi laki-laki. Kelak, ia dikenal sebagai komika sosial yang mendapat pengakuan internasional.
Muhammad Fauzi Saleh – Peringkat 13

dr. Muhammad Fauzi Saleh dari Medan adalah komika berlatar profesi medis pertama di SUCI. Ia tampil dengan materi tentang dunia kedokteran dan realitas masyarakat.
Fauzi menjadi peserta pertama yang tereliminasi di Show 1 dan finis di posisi ke-13. Namun, semangatnya tidak padam: setelah SUCI, ia memenangkan penghargaan favorit di Street Comedy II (2012) dan menjadi pelopor komunitas stand-up di Medan.
Musim pertama SUCI menjadi fondasi penting bagi sejarah stand-up comedy di Indonesia. Dari 13 finalis dengan latar yang beragam, lahir para pelopor yang kemudian membentuk wajah baru komedi modern tanah air. Ajang ini bukan hanya kompetisi, melainkan wadah lahirnya gerakan nasional komedi cerdas yang kini terus berkembang di berbagai kota.
SUCI 1 membuktikan bahwa tawa bisa lahir dari berbagai latar—militer, dokter, penyiar, hingga ibu rumah tangga—dan bahwa humor adalah bahasa universal yang menyatukan penonton Indonesia dari Sabang hingga Merauke.
Jangan ketinggalan berita terkini dan konten menarik dari SerbaID!
Dukung Kami:
Belajar jadi mudah dan praktis!
Temukan eBook berkualitas di www.platihan.id dan upgrade kemampuanmu!
Belajar Mewarnai Jadi Lebih Kreatif
Mewarnai adalah salah satu cara belajar yang paling banyak diminati oleh anak-anak
Dengan gambar-gambar lucu dan menarik, ebook ini memberikan kesempatan bagi si kecil untuk berkreasi dan mengasah keterampilan motorik halus mereka
Siapkan krayon, Ajak si kecil Mewarnai!




