7 Tren Wisata yang Akan Populer Sepanjang 2025

1. Wisata Malam

Wisata malam atau noctourism semakin diminati, terutama bagi mereka yang ingin mengeksplorasi pengalaman unik di luar rutinitas siang hari. Kegiatan seperti mengunjungi museum yang tetap buka hingga malam, melihat pantai bercahaya akibat bioluminesensi, atau menyaksikan keindahan aurora borealis akan semakin digemari. Tahun 2025 diprediksi menjadi salah satu periode terbaik untuk menikmati aurora borealis, seiring meningkatnya aktivitas matahari yang menghasilkan cahaya utara lebih spektakuler. Destinasi utama seperti Lapland di Finlandia, Kepulauan Lofoten di Norwegia, serta Islandia akan menjadi favorit bagi pemburu pemandangan langit malam yang menakjubkan.

2. Eskapisme untuk Kedamaian

Liburan yang berfokus pada ketenangan, atau calmcations, menjadi jawaban bagi mereka yang ingin menjauh dari kebisingan perkotaan. Laporan WHO menunjukkan bahwa polusi suara, terutama dari kendaraan, berdampak negatif terhadap kesehatan mental masyarakat di Eropa Barat. Perusahaan pelayaran seperti Havila Voyages menawarkan perjalanan di pesisir Norwegia dengan pengalaman hening, bahkan menyediakan stasiun pemantauan suara untuk menunjukkan perbedaan kebisingan antara destinasi alam dan kota-kota besar seperti New York dan Paris. Selain itu, perusahaan seperti Unplugged dan Majamaja di Finlandia menghadirkan penginapan tanpa akses internet dan televisi, sehingga wisatawan bisa lebih terhubung dengan alam dan menikmati ketenangan yang sesungguhnya.

Baca Juga:
5 Teh Indonesia Terbaik di Dunia

3. Peran Kecerdasan Buatan dalam Wisata

Perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), akan semakin berperan dalam merancang perjalanan. Data dari Amadeus menunjukkan bahwa hampir 50% penggunanya mulai memanfaatkan AI untuk menyusun rencana wisata mereka. Beberapa perusahaan perjalanan seperti Byway mengembangkan teknologi AI untuk membantu merancang rute perjalanan non-penerbangan yang lebih efisien. Di sisi lain, platform seperti TripAdvisor menggunakan AI untuk memberikan rekomendasi perjalanan yang lebih personal. Bahkan di dunia perhotelan, Hyatt telah memperkenalkan tempat tidur berbasis AI yang dapat memantau detak jantung dan tekanan darah tamu, menjadikan pengalaman menginap lebih nyaman dan personal.

4. Romansa Liburan Kembali Diminati

Digitalisasi yang semakin intens ternyata juga menimbulkan kelelahan dalam kehidupan sosial, terutama dalam hal hubungan asmara. Survei Forbes Health pada 2024 mengungkapkan bahwa 79% Generasi Z merasa jenuh dengan kencan online. Hal ini memicu tren bertemu orang baru saat bepergian, baik dalam perjalanan solo maupun melalui paket perjalanan berkelompok. Perusahaan seperti G Adventures dan Flash Pack mulai menawarkan program khusus bagi wisatawan solo yang ingin bersosialisasi dan menemukan pengalaman baru saat berlibur.

5. Destinasi Alternatif Menjadi Favorit

Destinasi populer yang semakin padat membuat banyak pelancong mencari alternatif yang lebih sepi namun tetap menarik. Konsep “destinasi duplikat” menjadi solusi, di mana wisatawan mulai beralih dari lokasi yang terlalu ramai ke tempat dengan pengalaman serupa namun lebih tenang. Misalnya, wisatawan di Inggris mulai memilih Norfolk daripada Cornwall. Di skala global, tempat-tempat seperti Uzbekistan di Asia Tengah, Zanzibar dan Madagaskar di Afrika Timur, hingga pulau terpencil Aldabra menjadi destinasi yang semakin populer. Sementara itu, kota-kota besar seperti Roma, Tokyo, dan Milan masih tetap menjadi daya tarik utama, meskipun tantangan overtourism masih berlanjut.

6. Safari di Destinasi Sejuk

Perubahan iklim telah menggeser kebiasaan wisatawan dalam memilih destinasi liburan. Panas ekstrem di negara-negara Eropa Selatan seperti Spanyol dan Italia membuat wisatawan mencari alternatif di wilayah yang lebih sejuk. Pemesanan perjalanan ke negara-negara Nordik seperti Finlandia dan Norwegia meningkat hingga 26% pada 2024, dan diperkirakan akan terus meningkat pada 2025. Perubahan iklim juga berdampak pada waktu terbaik untuk melakukan safari di Afrika, yang kini bergeser dari bulan Desember ke Maret. Faktor harga yang lebih kompetitif dan kondisi cuaca yang lebih nyaman juga berperan dalam tren ini.

7. Wisata Nostalgia

Fenomena tur dunia Taylor Swift yang sukses besar hingga akhir 2024 menjadi indikasi bahwa wisata berbasis nostalgia semakin diminati. Tren ini, yang disebut “New Heydays” oleh Globetrender, menunjukkan bagaimana generasi Milenial yang kini memasuki usia menengah ingin mengenang masa lalu mereka dalam bentuk perjalanan. Contohnya, kamp musim panas untuk orang dewasa mulai populer di Amerika Serikat, sementara di Eropa, kegiatan berkemah melalui program seperti Eurocamp semakin banyak peminatnya. Bahkan di platform AirBnB, penginapan bertema nostalgia seperti Polly Pocket mulai menarik perhatian mereka yang ingin kembali merasakan pengalaman masa kecil yang menyenangkan.

Secara keseluruhan, tren wisata di tahun 2025 tidak hanya menawarkan destinasi baru tetapi juga pengalaman yang lebih bermakna. Dari wisata malam hingga nostalgia, setiap tren mencerminkan perubahan kebutuhan manusia dalam mencari kedamaian, keterhubungan sosial, dan eksplorasi diri. Dengan berbagai pilihan menarik, para wisatawan memiliki kesempatan untuk merancang perjalanan yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memberikan makna lebih dalam bagi kehidupan mereka.

Jangan ketinggalan berita terkini dan konten menarik dari SerbaID!
Dukung Kami:

Posted In :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *