Tanggapan Grab dan Gojek Terhadap Keluhan Tentang Anggapan Harga GoFood dan GrabFood yang Lebih Tinggi
Ilustrasi Gosend source:cerdasbelanja
Beberapa pengguna mengeluhkan harga layanan pesan-antar makanan online seperti GoFood dan GrabFood yang menurut mereka semakin mahal.
Layanan yang ditawarkan kedua startup teknologi ini bahkan menambahkan biaya yang disebut “biaya platform” atau biaya aplikasi, selain biaya pengiriman, hingga biaya yang dibebankan ke merchant. Beberapa pengguna layanan pengiriman makanan online ini mengeluhkan biaya yang terus meningkat melalui Twitter.
Di antara keluhan yang diungkapkan pengguna di Twitter, salah satunya adalah biaya pengiriman yang terkadang lebih mahal dari harga makanan. Selain itu, biaya pesan antar GoFood dan GrabFood diperkirakan akan meningkat. Padahal, jaraknya tidak lebih dari 1 kilometer.
Di Twitter, salah satu pengguna mempertanyakan harga ongkos kirim GoFood saat ini yang dinilai sangat mahal padahal sudah mendapat diskon hingga 50 persen. Pengguna lain mengeluh tentang berbagai biaya yang dikenakan kepada mereka, seperti biaya platform dan biaya pengiriman. Padahal ia hanya membeli makanan senilai Rp 12.000 berupa takoyaki.
Ada juga yang mengeluhkan makanan di aplikasi jauh lebih mahal dari harga aslinya saat pengguna datang langsung atau makan di luar. Menurut seorang pengguna GrabFood atau GoFood, harganya terkadang lebih mahal, meski mendapat diskon hingga 30 persen dari aplikasi tersebut.
Seorang pengguna GoFood bernama Galuh juga menayangkan hal yang sama. Selain biaya pengiriman yang lebih mahal, ia juga mengeluhkan adanya biaya tambahan yang dibebankan kepada pengguna lain, antara lain biaya aplikasi (biaya platform), biaya berlangganan, dan biaya paket.
“Dulu sepertinya biaya tambahannya tidak setinggi sekarang. Karena banyak biaya tambahan, maka otomatis total yang dibayarkan harus lebih mahal dari sebelumnya,” kata Galuh kepada KompasTekno. Sementara itu, Tia, pengguna GoFood asal Tangerang, misalnya, mengatakan harga masakan yang tertera di GoFood bisa bervariasi sekitar 2.000 hingga 10.000 rupiah tergantung restorannya.
“Ketika pihak restoran mengkonfirmasi, mereka mengatakan itu adalah biaya aplikasi platform online,” kata Tia. Pengguna lain bernama Rita yang sering menggunakan GrabFood dan berdomisili di Tangerang Selatan mengatakan hal yang sama. Ia menyebut perbandingan harga antara restoran dan aplikasi bisa berkisar Rp 5.000-10.000.
Tanggapan GoFood dan GrabFood
Secara teknis, sebagai platform layanan pesan antar, baik GoFood maupun GrabFood menetapkan pembayaran kepada merchant (mitra restoran) dan pelanggan. Hal ini cukup beralasan, karena pengembangannya membutuhkan biaya.
GoFood dan GrabFood membebankan komisi kepada merchant sekitar 20 persen untuk setiap produk yang ditampilkan di menu merchant dalam aplikasi.
Sedangkan untuk sisi pengguna, kedua perusahaan membayar biaya pengiriman atau pos, biaya platform untuk paket atau biaya pengemasan jika diperlukan.
Mengenai harga GoFood yang dikeluhkan mahal, pihak perusahaan mengatakan berdasarkan kajian Lembaga Demografi Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI), biaya yang diterapkan sesuai dengan keuntungan yang diterima.
“Harga setiap item menu makanan (SKU) di aplikasi pelanggan ditentukan sendiri oleh masing-masing restoran,” kata Food and Beverage Director Rosel Lavina .
“Selain itu, mitra usaha juga menilai besaran komisi GoFood sudah sesuai, seperti yang tercantum dalam laporan LD FEB UI yang menyatakan komisi GoFood dinilai proporsional dengan keuntungan,” ujarnya.
Sementara itu, GrabFood enggan mengomentari biaya layanannya karena pengguna mengeluhkan harganya yang mahal. Namun, perusahaan menyatakan bahwa harga makanan dalam aplikasi ditentukan sepenuhnya oleh merchant.
“Sebagai penyedia layanan pesan-antar makanan, Grab sepenuhnya meneruskan harga makanan yang ditampilkan pada fitur GrabFood kepada mitra merchant. Mitra merchant bebas menentukan harga menu sesuai dengan strategi bisnis atau promosinya,” ujar Hadi Surya Koe, Head of Marketing GrabFood, Grab Indonesia.
IKUTI